Hari ini aku harus jatuh kembali, ya harus
jatuh dan baru tersadar sekarang. Betapa bodohnya ku ini yang selalu menganggap
bahwa yang pasti itu sudah pasti. Sebenarnya tak ada lagi yang ingin ku
katakan, tapi biarlah hari ini menjadi jatuh. Mengapa harus jatuh, biarlah
hanya ku dan tuhan ku yang tahu. Tapi memang ini terlalu sakit dan ku tak bisa
mengingkarinya, walau ada beribu mimpi inilah yang paling terasa sakit. Ketika
ku anggap semua itu adalah baik, ya memang kenyataannya jika di ungkapkan tapi
dalam hati tak ada yang tahu. Betapa tak di mengerti kala kata demi kata itu
ternyata hanya berbuahkan sebuah pahit untuk nya. Mengapa pahit, ya mengapa
pahit, mungkin masih bertanya mengapa pahit. Jika bukan karena itu mungkin
bagai angin berlalu yang hanya lewat tanpa enggan permisi. Ya jatuh kembali,
mungkin ini adalah yang terakhir atau mungkin masih ada beribu kali ku akan
merasakan hal yang sama. Memang jika terlalu optimis dan menganggap bahwa itu
adalah pasti hanya akan membuat sakit jika tak tercapai dan harus menyesal. Mungkin
menyesal adalah keputusan yang paling sakit daripada jatuh. Terkadang niat baik
belum tentu di tanggapi dengan baik, niat jahat pun belum tentu di tanggapi
dengan jahat. Terkadang mimpi yang di bangun hancur begitu saja, hanya dengan
celoteh kecil. Terkadang memang tak boleh percaya dengan apa yang dikatakan
dengan sampul. Jadi kan ku terima segala kebencian mu, segala dendam mu, segala
muak mu bahkan celotehan hati mu. Walau memang ku harus jatuh kembali di tempat
yang sama tanpa mu kembali.
Jendela Caci Maki
Minggu, 12 Mei 2013
Senin, 08 April 2013
SAHABAT-SAHABAT KU
Bagai bintang dan segala kebebasan di angkasa
Bagai cerita tentang rasa surga kita bersama
Aneka warna hiasi alur algoritma kehidupan
Terik dan sejuk adalah biasa kalianlah
sahabat-sahabatku, penyejuk bagi jiwa
Senantiasa mendengar saat ku mengeluh, padahal
kalian sedang berada dalam peluh
Senantiasa membelai saat ku kecewa, padahal
kalianpun tengah ada dalam gelisah
Kalianlah sahabat-sahabatku, hadiah indah dari
surga penuntun saat terbuta
Payung saat hujan dan terik, Penerang saat berjalan
dalam lorong gelap
Penunjuk saat tersesat, Penegur saat terlena
Kalianlah sahabat-sahabatku, keajaiban yang
sempurna menjadi mata air menjadi buku diary
Menjadi motivator, Menjadi boneka, Menjadi guru,
Menjadi saudara, Menjadi mata-mata ku
Kalianlah sahabat-sahabatku, keindahan dalam hidup
warna-warna Agung sang pelukis yang di coretkan dalam lembar hidupku
Komposisi lagu gubahan sang penyanyi yang mengisi
relung di ragaku, untaian kata terangkai sang penyair yang menyejukan rasa
panas hatiku
Pernah kita sama-sama tak sejalan dan untuk sesaat
aku begitu membencimu, lalu dengan segera menjadi lebih sempurna dan kita tetap
bersama
Entah apa jadinya hidupku tanpa canda tawa kalian,
takkan ada nada lagu bagi ragaku
Entah apa jadinya hidupku tanpa celoteh riang
kalian, takkan ada penyejuk bagi jiwaku
Sahabat, ku yakini inilah takdir tuhan yang telah
mempertemukan dan mengenalkan aku pada kalian
Menghujamkan di hati-hati kita, rasa saling sayang
dalam banyak waktu yang telah ku lewati bersama kalian
Dalam banyak kisah yang telah kualami bersama
kalian
Dalam banyak khayalan yang tercipta bersama kalian
Dan mimpi-mimpi yang terinspirasi dari kalian
Sungguh ku telah banyak mendapat banyak hal
Sahabat-sahabatku kita tahu itu tak selamanya
hidup ini indah
Terkadang ada yang datang dan ada yang pergi
Terkadang hidup begitu membahagiakan, terkadang
juga menyakitkan
Terkadang aku menjauh dari kalian, terkadang
kalian menjauh dariku
Tapi itulah hidup kawan, dan begitulah kehidupan
dunia kadang sangat bersahabat
Tak jarang pula kehidupan menjadi begitu pelik,
begitu pula dengan persahabatan-persahabatan kita
Aku telah mencoba untuk selalu tampil sempurna
menjadi sahabat sesungguhnya bagi kalian
Namun harus ku akui tak jarang ku temui kegagalan
hingga aku menjadi begitu menakutkan
Aku telah mencoba untuk selalu tersenyum
membahagiakan kalian
Namun aku menyadari kesalahan, tak jarang aku
menjadi begitu angkuh dan menyakitkan hati kalian
Sesosok manusia dalam wujud aku yang tengah
mencari lokasi kedewasaan
Terkadang begitu terpuruk dan menyudutkan kalian,
kekurang dewasaanku dan segala keterbatasan diriku
Kebodohanku dan segala kekhilafanku seringkali
menjadi jalan buntu persahabatan
Namun lagi-lagi anugerah tuhan begitu indah
Kalian kembali tampil sebagai jembatan kebahagiaan
penuntun ke arah kedewasaaan dan menyadarkan ku dari segala khilaf
Dan kembali membuatku tersenyum menatap diri
sendiri
Kalianlah sahabat-sahabatku, jembatan cinta hidup
ini
Saat ini satu bagian episode hidup telah ku lalui
bersama kalian
Satu jalan baru terbentang di depan jalan yang
semakin penuh dengan halang rintang dengan satu titik terang
Mungkin kita akan bercerai-berai
Entah kelak bagaimana hidupku tanpa kalian
Namun aku ingin pastikan jika kalianlah
sahabat-sahabat terbaik yang pernah ku miliki
Entah bagaimana ku harus berucap teima kasih
Membalas segala yang telah kita lalui bersama
Membalas segala keindahan hidup
Yang ku raih hari ini adalah berasal dari cinta
kalian
Yang ku peluk hari ini adalah berasal dari
semangat kalian
Yang ku rengkuh hari ini adalah berasal dari
senyum hangat kalian
Dan semangat ku hari ini berasal dari tawa
membahagiakan dari kalian
Sahabat-sahabatku, mungkin mentari kita berbeda
Jalan tertuju pun tidak sama
Arti keidahan pun tidak serupa
Dan untuk saat ini yang tak pernah kita pikirkan,
mari jalani saja apa yang ada
Tak usah pedulikan segala, mari jadikan kisah kita
kenangan terindah di saat tua
Dan untuk masa depan yang tak pernah mampu kita
ramalkan dengan segala pertanyaan tentang masa masa yang telah kita lalui
Lihat saja segalanya dengan hati dan pastikan
segalanya akan menjadi indah
Jika tak ada kenangan indah yang mampu ku berikan
untuk masa depan
Ambilah sebait puisi ini, selipkan dalam hati mu,
sempatkanlah untuk memimpikan aku saat kau tidur
Selayaknya aku yang selalu memohon untuk dapat
melihatmu dalam mimpi
Dan jawablah segala pertanyaan tentang masa depan
dengan doa
Kirimkan doa dan akan ku dengarkan dengan hati.
TERIMA KASIH SAHABATKU
TERIMA KASIH ATAS SEGALANYA.
Senin, 01 April 2013
Maaf
Seperti yang dikira bahwa memberi maaf itu
sangatlah sulit, entah apapun sepertinya jika memaafkan seseorang itu seperti
ia harus bersujud seakan “dia” layaknya tuhan. Mungkin rasa dendam, benci dan
amarah tak dapat di hindarkan ketika ia dengan penuh kesedihan meminta “maaf”
dari kita. Kita tahu seberapa jahatnya ia terhadap kita dan kita seakan tak
dapat melupakan kesalahan itu. Rasanya lain hari ingin sekali untuk membalasnya
agar semua kesedihan yang kita terima dapat terbalaskan. Tapi kini ia bersungguh-sungguh
untuk meminta maaf, dan kita seakan menjadi tertawa ketika semua itu datang.
Kita menjadi di atasa ketika ia harus mengorbankan segala daya yang ia punya
hanya untuk meminta maaf dari kita.
Rasanya sangat sulit bila mengatakan “iya” pada yang
berbuat salah, sekalipun ia telah mengakui kesalahannya. Entah karena tingginya
arogansi, gengsi ataupun dendam kita seakan tak mau memaafkan kecuali harus ada
pembalasannya. Apakah memberikan maaf itu seperti sebuah surga untuk ia dan
neraka untuk kita. Coba pikirkan betapa mulianya ia dengan segala upaya yang ia
punya, mau mengakui kesalahannya bahwa ia ingin sekali meminta maaf dari kita.
Tapi kita tak mau memaafkannya karena semua itu harus di balas juga. Ketika
berpikir seperti itu maka jadikanlah bumi pertiwi ini tempat para gladiator
yang hanya bertarung melawan kebodohan demi nyawa, bertarung untuk segala
dendam, bertarung untuk menjaga gengsi semata. Jika kita membalas dengan
dendam, dendam sampai kapanpun takkan ada habisnya.
Dendam di balas dengan dendam untuk meyakini diri
kita bahwa kita bukanlah pengecut yang tak bisa membalas. Seakan puas ketika
dendam telah terbalas tapi itu hanya akan menjadikan bodoh untuk kita. Dan bumi
pertiwi ini hanya menjadi tempat penderitaan yang tak kan pernah ada kedamaian
di sisinya. Kita bukanlah hewan yang tak mempunyai akal.
Kita adalah makhluk
yang mempunyai nurani dan akal. Jadi untuk apa ketika kita di berikan
segalanya, tapi kita menghilangkan nurani dan akal tersebut. Untuk apa hidup,
untuk apa memendam dendam, dan untuk apa membenci. Tak ada gunanya itu semua,
lebih baik tak perlu hidup. Jika kita masih tak bisa untuk memaafkan ia yang
hina itu. Sesulit apapun itu, seberat apapun itu tetaplah berpikir bahwa
memaafkan itu di senangi juga oleh siapapun walau hati terasa menjadi mati. Dengan
segala bentuk apapun terimalah permohonan maaf ia karena kita dilahirkan
sebagai manusia bukan sebagai robot atau hewan yang tak punya akal.
jadi maukah kau memaafkannya?
Langganan:
Postingan (Atom)